Perkembangan Pada Masa Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayyah berdiri selama ± 90 tahun (40 – 132 H / 661 – 750
M) dan didirikan oleh Muariyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah,
dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah sangat
bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang
para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan
corak peradabannya. Pada masa dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan,
dan perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan
Khalifah Walid bin Abdul Malik (86 – 96 H / 705 – 715 M).
Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha memperluas
wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti ke India dengan mengutus
Muhallab bin Abu Sufrah, dan usaha perluasan ke Barat ke daerah
Byzantium di bawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu juga
mengerahkan kekuatannya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan di luar
jazirah Arab, antara lain kota Konstantinopel.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65 – 86 H / 685 –
705 M) keadaan dalam negeri boleh dibilang teratasi. Begitu juga pada
masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (86 – 96 H / 705 – 715 M). Dengan
keadaan yang seperti itu, kemajuan peradaban dapat dicapai, terutama
dalam bidang politik kekuasaan.
Khalifah Walid bin Abdul Malik berusaha memperluas daerahnya menuju
Afrika Utara, yaitu ke Maghrib Al-Aqsha dan Andalusia. Dengan kegigihan
dan keberanian panglima perang Musa bin Nushair, wilayah tersebut dapat
dikuasai. Keberhasilan ini membuka peluang bagi Musa bin Nushair untuk
melakukan langkah berikutnya dengan mengirim Thariq bin Ziyad
menyeberangi lautan guna merebut daerah Andalusia. Tepat pada 711 M,
Thariq bin Ziyad mendarat di sebuah selat, yang kini selat tersebut
diberi nama dengan namanya, yakni Selat Jabal Thariq atau Selat
Giblaltar.
Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai :
- Bani Umayyah
berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia,
seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia,
Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia,
Uzbekistan dan Kirgis.
- Islam
memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas. Sikap fanatik Arab
sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi
kaum muslimin atau bangsa Islam. Pada saat itu bangsa Arab merupakan
prototipikal dari bangsa Islam sendiri.
- Telah
berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing- masing
tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam Ilmu Qiro’at (7 qiro’at) yang
terkenal yaitu Ibnu Katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).5
Ilmu Tafsir tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid, Ilmu
Hadits oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri, tokohnya ialah Hasan Al-Basri (110H),
Sa’id bin Musayyad, Rabi’ah Ar-Ra’iy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi
Malikah, Sya’bi Abu Amir bin Syurahbil. Kemudian Ilmu Kimia dan
Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.
- Perkembangan
dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan
(Qadha), Kitabat, Hajib, Barid dan sebagainya.
B. Perkembangan Pada Masa Bani Abbasiyah
Daulah Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H / 750 M, Abbasiyah merupakan
kelanjutan dari pemerintahan daulah Umayyah yang telah hancur di
Damaskus. Dinamakan Abbasiyah karena para pendiri ini merupakan
keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah di samping
bercorak Arab murni, juga terpengaruh dengan corak pemikiran dan
peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir. Juga dinasti Abbasiyah ini system
politiknya lebih bersifat demokratis dari pada dinasti Umayyah yang
Orientalis.
Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158 – 169 H / 775 – 785 M),
dinasti Abbasiyah memperluas kekuasaan dan pengaruh Islam ke wilayah
Timur Asia Tengah, dari perbatasan India hingga ke China. Saat itu umat
Islam berhasil memasuki selat Bosporus, sehingga membuat Ratu Irene
menyerah dan berjanji membayar upeti. Pada masa dinasti ini pula wilayah
kekuasaan Islam sangat luas yang meliputi wilayah yang telah dikuasai
Bani Umayyah, antara lain Hijjaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait,
Iran (Persia), Irak, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia,
Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afghanistan, dan Pakistan. Juga mengalami
perluasan ke daerah Turki, wilayah-wilayah Armenia dan daerah sekitar
Laut Kaspia, yang sekarang termasuk wilayah Rusia. Wilayah bagian Barat
India dan Asia Tengah, serta wilayah perbatasan China sebelah Barat.
- Kemajuan-Kemajuan dan Perkembangan yang Dicapai :
Secara garis besar ada 2 faktor penyebab tumbuh dan berkembangnya
peradaban Islam, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berasal dari dalam ajaran Islam bahwa ajaran Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits, memiliki kekuatan yang luar biasa
yang mampu memberikan motifasi bagi para pemeluknya untuk mengembangkan
peradabannya.
Sedangkan faktor eksternalnya, yaitu ajaran yang merupakan proses
sejarah umat Islam di dalam kehidupannya yang dijiwai oleh nilai-nilai
ajaran Islam. Faktor penyebab tersebut adalah semangat Islam,
perkembangan organisasi ketatanegaraan, perkembangan ilmu pengetahuan,
dan perluasan Islam.
- Bentuk-Bentuk Peradaban Islam dan Tokoh-Tokohnya
- Kota-Kota Pusat Peradaban
1) Kota Baghdad, merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang
didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (754 – 775 M) pada tahun
762 M. kota ini terletak di tepian sungai Tigris. Masa keemasan kota
Baghdad terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 –
809 M), dan anaknya Al-Makmun (813 – 833M).
2) Kota Samarra, letaknya di sebelah timur sungai Tigris yang
berjarak lebih kurang 60 km dari kota Baghdad. Di kota ini terdapat 17
istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota
lain.7
- Bangunan Tempat Pendidikan dan Tempat Peribadatan
1) Madrasah. Ada banyak madrasah, madrasah yang terkenal pada zaman
itu adalah Nizamiyyah, yang didirikan oleh Nizam Al-Mulk, seorang
perdana menteri pada tahun 456 – 486 H. Madrasah ini terdapat di banyak
kota, antara lain di Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basrah, Tabaristan,
Hara, dan Musol.
2) Kuttab, yaitu sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah.
3) Majlis Muhadharah sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan.
4) Darul-Hikmah sebagai perpustakaan.
5) Masjid-masjid sebagai tempat beribadah dan sebagai tempat
pendidikan tingkat tinggi dan takahsush. Di antara masjid yang terkenal
adalah masjid Cordova, masjid Ibnu Touloun, masjid Al-Azhar, dan
sebagainya.
- Bidang Ilmu Pengetahuan dan Tokoh-Tokohnya
1) Filsafat, para tokoh filosuf pada masa itu adalah : Abu Ishak
Al- Kindi, Abu Nashr Al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail,
Al-Ghazali, dan Ibnu Rusydi.
2) Ilmu Kedokteran : Abu Zakaria Yuhana bin Masiwaih, Sabur bin Sahal, Abu Zakaria Ar-Razy, dan Ibnu Sina.
3) Matematika, ahli matematika Islam yang terkenal ialah Al-
Khawarizmi, seorang yang menemukan angka nol (0), sedangkan angka 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0, disebut juga “Angka Arab”.
4) Farmasi dan Kimia, di antara para ahli farmasi dan kimia padamasa pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar.
5) Ilmu Perbintangan : Abu Mansur Al-Falaky, Jabir Al-Batany, dan Rayhan Al-Bairuny.
6) Ilmu Tafsir (Tafsir Al-Ma’tsur : Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu
‘Athiyah Al-Andalusy, As-Sudai, Muqatil bin Sulaiman; dan Tafsir
bir-Ra’yi : Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahany, dan
Abu Yunus Abdussalam).
7) Ilmu Hadits : Imam Abu Abdullah Muhammad bin Abi Al-Hasan
Al-Bukhari (Imam Bukhari), Imam Abu Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qushairy
An-Naishbury (Imam Muslim), Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i.
8) Ilmu Kalam, di antara aliran ilmu kalam yang berkembang adalah
Jabariyah, Qadariyah Mu’tazilah, dan Asy’ariyah. Para pelopornya adalah
Jahm bin Sofwan, Ghilan Al-Dimisyqi, Wasil bin ‘Atha’, Al-Asy’ari, dan
Imam Ghazali.
9) Ilmu Bahasa : Sibawaih, Al-Kisai, dan Abu Zakaria Al-Farra.
C. Kemunduran Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
- Kemunduran Pada Masa Bani Umayyah
Ada 7 faktor penyebab kemunduran kekuasaan Bani Umayyah, yaitu :
- Persoalan suksesi kekhalifahan
- Sikap glamor penguasa
- Perlawanan kaum Khawarij
- Perlawanan dari kelompok Syi’ah
- Meruncingnya pertentangan etnis
- Timbulnya stratifikasi sosial
- Munculnya kekuatan baru
Sedangkan kemunduran atau bahkan kehancuran peradaban Islam pada masa Bani Umayyah ini oleh karena 2 sebab, yaitu :
- Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia dan rendahnya semangat para ahli dalam menggali budaya Islam
Kehancuran kekuasaan Islam di Andalusia pada 1492 M berdampak buruk
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para ahli
tidak banyak memiliki motivasi untuk mengkaji ilmu pengetahuan lagi.
Karena mereka sudah merasa putus asa skibat serangan yang dilakukan oleh
para penguasa Kristen, dan tindakan para penguasa tersebut terhadap
peninggalan peradaban Islam di Andalusia, seperti penghancuran
pusat-pusat peradaban Islam dan sebagainya.
- Banyaknya orang Eropa yang menguasai ilmu pengetahuan dari Islam
Di lembaga-lembaga pendidikan tinggi, tidak hanya orang-orang Islam yang
diberikan kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi juga
kesempatan itu diberikan kepada semua orang, termasuklah orang-orang
Kristen Barat yang tertarik untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh umat Islam.
Ketertarikan karena metode ilmiah Islam, seorang pendeta Kristen Roma
anggota Ordo Fransiskan dari Inggris bernama Roger Bacon (1214 – 1292 M)
datang belajar bahasa Arab di Paris antara tahun 1240 – 1268 M. Melalui
kemampuan bahasa Arab dan bahasa Latinnya itu, ia dapat membaca naskah
asli dan terjemahan berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti.
Buku-buku asli dan terjemahan dibawanya ke Inggris pada Universitas
Oxford, lalu diterjemahkannya dengan menghilangkan nama pengarang
aslinya, yang kemudian dikatakannya sebagai hasil karyanya sendiri.
Sejak saat itulah mulai banyak bermunculan orang Eropa yang
menterjemahkan buku-buku yang dikarang oleh tokoh-tokoh Islam sebagai
hasil karyanya sendiri.
- Kemunduran Pada Masa Bani Abbasiyah
Di antara sebab-sebab kehancuran dinasti Abbasiyah adalah :
- Melebihkan bangsa asing daripada bangsa Arab.
- Kebijakan
ganda Harun Ar-Rasyid yang telah mewasiatkan tahta khalifah kepada dua
anaknya (Al-Amin dan Al-Makmun) yang ketika itu menjabat gubernur
Khurasan.
- Pemberontakan-pemberontakan
yang dilakukan oleh para oposan seperti pemberontakan orang-orang Arab,
Syi’ah, Khawarij, intern keluarga Abbasiyah dan sebagainya.
- Ketergantungan kepada tentara bayaran.
- Timbulnya
kerajaan-kerajaan kecil yang bebas dari kekuasaan Bani Abbasiyah,
seperti dinasti Idrisiyah di Maroko, dinasti Aghlabiyah, dinasti
Thuluniyah, dinasti Ikhsyidi, dinasti Hamdaniyah, dan dinasti
Thahiriyah.
- Penyerangan
bangsa Mongol (Tartar) yanng dipimpin oleh Hulaku Khan pada 1258 M,
khalifah dan keluarganya dibunuh serta ia mengumumkan secara sepihak
berakhirnya pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad.
Sedangkan kemunduran / kehancuran peradaban Islam pada masa dinastimAbbasiyah disebabkan oleh :
- Hancurnya kerajaan Islam oleh serangan bangsa Mongol.
Selama ± 40 hari kota Baghdad dikepung pasukan Mongol yang dipimpin oleh
Hulaku Khan. Sehingga sejak bulan Februari 1258 M kota Baghdad
sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Hulaku. Sebagian kecil keluarga
khalifah berhasil melarikan diri ke Mesir. Jatuhnya Baghdad ke tangan
bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khalifah Abbasiyah, tetapi
juga merupakan awal dari masa kemunduran politik peradaban Islam. Hal
itu karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan Islam yang sangat kaya
dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan
oleh pasukan Mongol. Kemudian pasukan Mongol banyak melakukan
penyerangan ke daerah kekuasaan Islam dan menguasainya, seperti Syria
Utara, dengan melakukan hal yang sama sebagaimana pada Baghdad.
- Hancurnya kehidupan dan ekonomi masyarakat karena perang berkepanjangan.
Kerugian besar yang ditimbulkan akibat peperangan yang berkepanjangan,
terjadi pada masa perang Salib. Peperangan ini memakan waktu selama ± 2
abad (1096 – 1297 M). Perang tersebut banyak menguras anggaran belanja
negara, dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Jika uang tersebut
dimanfaatkan secara baik, dalam artian bukan untuk peperangan, maka
dapat dipastikan kesejahteraan rakyat akan terjamin.
- Kuatnya pengaruh paham sufi dan taqlid
Ilmu tasawuf merupaka ilmu hakikat yang pada intinya mengajrkan
penyerahan diri kepada Tuhan, meninggalkan kesenangan dunia, dan hidup
menyendiri untuk beribadah kepada Allah. Ilmu ini banyak berpengaruh
dalam kehidupan masyarakat Islam setelah serangan bangsa Mongol dan
hancurnya pusat peradaban Islam di Baghdad. Praktik Tasawuf mereka
banyak yang telah terpangaruh dengan praktik mistik ajaran agama lain,
sehingga di sana ditemukan adanya penyimpangan ajaran. Begitu pula soal
Taqlid. Karena masyarakat Islam tidak mau berijtihad lagi, akhirnya
terikat dengan ajaran para tokoh sebelumnya dan bertaqlid buta.